Wednesday, July 30, 2008

BANGUNKAN NTT-KU

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Geografi

Wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membentang di antara 8 - 12 derajat Lintang Selatan dan 118 - 125 derajat Bujur Timur, dengan luas daratan seluruhnya 47.349,9 km persegi dan luas perairannya mencapai 200.000 km persegi.

Bagian utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah Selatan dengan Laut Timor dan Lautan Indonesia serta laut Australia yang seharusnya dipandang sebagai propinsi perbatasan yang merupakan garis tedepan lintas batas di bagian tenggara NKRI, sebelah Timur dengan negara Timor Leste dan Propinsi Maluku dan di sebelah barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Geologi

Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi kepulauan dengan jumlah 566 buah pulau dan yang telah dihuni sebanyak 42 pulau, di antaranya pulau-pulau (dalam km persegi) : Flores (14.231), Sumba (1.040), Sabu (421,70), Rote (1.214,30), Semau (261), Timor (14.394,90), Alor (2.073,40), Pantar (11,80), Lomlen (1.266), Adonara (518,80), Komodo (332,40), Rinca (212,50) dan sejumlah pulau-pulau kecil lainnya sebesar (445,90).

Wilayah Nusa Tenggara Timur termasuk dalam daerah semi arid karena curah hujan relatif rendah serta keadaan vegetasi yang didominasi sabana dan stepa. Keadaan tanah berombak, bergelombang, berbukit-bukit dan bergunung. [kembali ke atas]

Tambang

Di Lembata terdapat kandungan emas dan uranium, Laut Timor Barat ditemukan deposit gas mencapai 10 triliun Kubik,

Potensi panas bumi di Pulau Flores hingga Alor diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk seluruh penduduk di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bahkan masih bisa menjual listrik ke provinsi tetangga seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali,” kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT, Ir Benny Ndoenboey, di Kupang, hari ini (Selasa 7/6).

Perkiraan tersebut diungkapkan setelah berkonsultasi dengan pejabat Departemen Pertambangan dan Energi serta studi banding bersama Komisi D DPRD NTT di lokasi panas bumi Gunung Sibayak Provinsi, Sumatera Utara, 18-23 Mei lalu.

Ndoenboey mengatakan, potensi panas bumi di NTT sedikitnya terdapat di 20 titik, namun baru dua titik yang dieksplorasi (pengeboran) yakni Ulumbu di Kabupaten Manggarai dan Mataloko di Kabupaten Ngada.

Prospek pengembangan potensi panas bumi itu, katanya, sudah dikoordinasikan tim Komisi D DPRD NTT dengan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Pertambangan dan Energi, di sela-sela studi banding.

Bahkan, katanya, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi menginfomasikan bahwa pemerintah pusat sudah mengalokasikan dana untuk pengembangan panas bumi di Flores melalui PT persero Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Tahap pertama pemanfaatan panas bumi di Flores tentu di Ulumbu dan Mataloko yang berorientasi pemenuhan kebutuhan listrik seluruh daratan Flores. Targetnya tahun 2007 sudah tahapan eksploitasi atau produksi listrik,” ujarnya.

Dia mengatakan, proyek persiapan pemanfaatan panas bumi di Ulumbu dan Mataloko sudah dilaksanakan sejak tahun 1990-an dengan dana yang bersumber dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan APBN.

Sudah ada tujuh sumur produksi di tujuh lokasi terdiri atas tiga sumur produksi, tambah satu sumur reinjeksi di Ulumbu yang pengeborannya didanai ADB dan dua sumur produksi disertai satu sumur reinjeksi di Mataloko yang didanai APBN.

“Sesuai perencanaan, tahapan konstruksi dalam tahun anggaran 2005-2006 berupa pemasangan dua unit mesin pembangkit masing-masing berkekuatan tiga Mega Watt (MW) di Ulumbu (2 X 3 MW) dan dua unit pembangkit berkekuatan 2,5 MW (2 X 2,5 MW) di Mataloko,” katanya.

Dengan demikian, pemanfaatan panas bumi di Ulumbu baru lima MW dari potensi geothermal 100-150 MW dan baru lima MW dari potensi 200-300 MW di Mataloko. Berarti masih ada ratusan MW potensi geothermal masing-masing di Ulumbu dan Mataloko yang belum doimanfaatkan.

Dijadwalkan, tambahnya, akhir tahun 2007 panas bumi dari dua lokasi (Ulumbu dan Mataloko) sudah berproduksi sesuai target yang diharapkan Departemen Pertambangan dan Energi.

“Informasi dari Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi menyebutkan nilai investasi di Mataloko sejak awal hingga tahapan produksi diperkirakan mencapai Rp23 miliar dan belasan miliar rupiah di Ulumbu,” katanya

Topografi

Secara morfologi, sebagian besar (75%) wilayah daratan merupakan daerah yang bergunung dan berbukit dengan derajat kemiringan mencapai 45% dibarengi dengan permukaan tanah yang kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi, namun terdapat juga beberapa wilayah yang merupakan hamparan daratan rendah yang cukup luas dan subur. [kembali ke atas]

Iklim

Wilayah ini beriklim tropis kering, yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim hujan berlangsung ± 4 bulan (Desember - Maret) sedangkan musim panas mencapai ± 8 bulan (April - Nopember). Curah hujan tidak merata. Pada musim hujan, curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Flores bagian Barat, pulau Sumba bagian Barat dan pulau Timor bagian Tengah (2000 - 3000 mm/tahun). Sedangkan curah hujan terendah di wilayah Timor, pulau Flores dan Sumba serta Alor (1.500 mm/tahun).

Suhu udara berkisar 24 - 34 derajat Celsius, dengan kelembaban udara (nisbi) rata-rata 45 - 76% RH. Kelembaban tertinggi dapat mencapai ± 81% RH (Januari) dan terendah ± 69% RH (Juli - Agustus). Penyinaran matahari tertinggi (98%) diperoleh pada bulan Oktober dan terendah (50%) pada bulan Januari.

Terdapat beberapa sungai yang mengalir sepanjang tahun, yang bermanfaat bagi irigasi dan berbagai kebutuhan masyarakat disekitarnya. Sungai-sungai tersebut antara lain : Benenain (Kabupaten Belu), Oesao dan Noelmina (Kupang), Payeti (Sumba Timur), Wonakaka (Sumbat Barat), Warleke dan Ile Getang (Sikka), Waikop (Manggarai), Aesesa (Ngada) dan sungai-sungai kecil lainnya. [kembali ke atas]

Flora Fauna

Terdapat jenis flora yang menonjol di kawasan hutan seperti Cendana (Santalun Album), Ampupu, Kayu Merah, Pinus, Lontar, Eucalyptus dan puluhan jenis lainnya. Sebagian besar merupakan kayu komersial, baik sebagai komoditi perdagangan maupun untuk kebutuhan penduduk. Hasil hutan lainnya, yaitu : Bambu, Madu, Lilin Lebah, Seedlac, Gaharu dan berbagai jenis Anggrek hutan serta Palem. Tanaman lainnya yang merupakan tanaman budidaya antara lain : Jati, Mahoni, Kemiri, Pinang, Advokat, Jeruk, Jambu, Nangka dan Umbi-umbian.

Terdapat jenis fauna langka yakni : binatan purba Komodo (Varanus Komodoensis) disamping Rusa Timor, Buaya, Kera, Ayam Hutan, Tupai, Kuskus, berbagai jenis Ular, Burung (Nuri, Kakaktua, Dara, Merpati, Puyuh, Bangau, Elang, Tekukur, Beo) dan berbagai jenis serangga seperti Kupu-Kupu dan Lebah Madu.

Untuk kelestarian hewan langka di Propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat penangkaran Rusa Timor di Camplong Kabupaten Kupang serta larangan penangkapan satwa jenis-jenis tertentu.

Pemerintahan

Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah Kupang yang terletak di Pulau Timor bagian Barat. Nusa Tenggara Timur memiliki 15 (lima belas) Kabupaten dan 1 (satu) Kota, yakni : Kota Kupang ibukotanya Kupang, Kabupaten Kupang ibukotanya Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan ibukotanya Soe, Kabupaten Timor Tengah Utara ibukotanya Kefamenanu, Kabupaten Belu ibukotanya Atambua, Kabupaten Alor ibukotanya Kalabahi, Kabupaten Lembata ibukotanya Lewoleba. Kabupaten Flores Timur ibukotanya Larantuka, Kabupaten Sikka ibukotanya Maumere, Kabupaten Ende ibukotanya Ende, Kabupaten Ngada ibukotanya Bajawa, Kabupaten Manggarai ibukotanya Ruteng, Kabupaten Manggarai Barat ibukotanya Labuan Bajo, Kabupaten Sumba Timur ibukotanya Waingapu, Kabupaten Sumba Barat ibukotanya Waikabubak dan Kabupaten Rote Ndao ibukotanya Ba'a

Untuk memudahkan pelayanan Administrasi Pemerintahan di tingkat Kabupaten dan Kota dibagi atas : 180 Kecamatan, 269 Kelurahan dan 2.567 Desa.

Penduduk dan Ketenagakerjaan

Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur berjumlah 4.073.249 (2003) dengan tingkat pertumbuhan 1,60% sedangkan kepadatan penduduk mencapai 82,13 jiwa/km2.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana tahun 2000 mencapai 4,17%, tahun 2001 sebesar 5,27% dan tahun 2002 sebesar 6,08%. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2000 mencapai Rp. 6.357.556.812.000, tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 7.517.101.258.000 dan tahun 2002 kembali meningkat menjadi Rp. 8.717.945.597.000.

Rata-rata pendapatan perkapita juga cenderung meningkat. Tahun 2000 Rp. 1.599.344, tahun 2001 Rp. 1.811.238 dan tahun 2002 Rp. 2.000.491.

Sedangkan tingkat upah regional pada tahun 2003 ditetapkan sebesar Rp. 550.000/bulan.

Ekspor daerah ini mencapai Rp. 1.351,759 milyar (2002). Jenis barang yang diekspor antara lain produk perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, kayu dan partikel kayu serta lain-lain.Sedangkan impornya mencapai Rp. 2.386,266 milyar (2002), berupa barang modal, bahan baku dan barang konsumsi.

Investasi (PMA dan PMDN) relatif cukup baik perkembangannya. Jumlah perusahaan asing yang sedang beroperasi berjumlah 29 perusahaan yang meliputi bidang Perikanan 8 perusahaan, Pariwisata 10 perusahaan, Industri 4 perusahaan, Perdagangan 5 perusahaan, Perkebunan 1 perusahaan dan bidang usaha lainnya 1 perusahaan, dengan total investasi US$ 309.543.793.

Sedangkan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri yang beroperasi saat ini berjumlah 32 perusahaan yang meliputi bidang usaha Industri Pengolahan 9 perusahaan, Pariwisata 10 perusahaan, Perikanan 7 perusahaan, Pertambangan dan Perkebunan masing-masing 1 perusahaan dan selebihnya bergerak di bidang lainnya, dengan total investasi Rp. 4,6 triliun.

Sektor Prospek

Sebagai daerah kepulauan, Propinsi Nusa Tenggara Timur banyak menyimpan berbagai potensi investasi yang jika diolah dan dikembangkan secara optimal dan profesional menjadi sebuah kekuatan nilai ekonomi riil maka tentunya akan berdampak pula sebagai pertumbuhan ekonomi di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Potensi investasi yang dapat diolah dan dikembangkan di Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah potensi investasi yang berpeluang/terbuka sebagaimana dimaksud Keppres Nomor 96 tahun 2000 yakni sebagai berikut :

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan patungan antara modal asing dan modal dalam negeri :

1. Kepemilikan Saham Warga Negara /Badan hukum asing (maksimal 95%)

  1. Pembangunan dan pengusahaan Pelabuhan
  2. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik
  3. Pelayaran
  4. Pengolahan dan Penyediaan air bersih untuk minum
  5. Kereta Api Umum
  6. Pembangkit tenaga Atom
  7. Jasa Pelayanan medis, meliputi :
    • Pendirian dan penyelenggaraan Rumah Sakit
    • Medical Check-up
    • Laboratorium Klinik
    • Pelayanan Rehabilitasi Mental
    • Jaminan Pemeliharaan kesehatan masyarakat
    • Penyewaan Peralatan medis
    • Jasa Asistensi dalam pertolongan kesehatan dan evakuasi pasien dalam keadaan darurat
    • Jasa Manajemen Rumah Sakit, jasa pengetesan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis

2. Kepemilikan Saham Warga Negara /Badan hukum asing (maksimal 45%)

a. Telekomunikasi

b. Angkutan udara niaga berjadwal/tidak berjadwal

2. Sejarah Peradaban dan Budaya

Sejarah peradaban di NTT juga mengalami beberapa tahapan : pertama, jaman prasejarah dengan ditemukan bukti sejarah berupa fosil binatang purba dan manusia purba, kedua, jaman megalitikum dengan diketemukannya alat-alat perundagian dan ketiga jaman kolonial (Portugis dan Belanda). Dalam perkembangannya budaya adiluhur masyarakat NTT terus berkesinambungan walau zaman terus berganti. Hal ini menunjukkan begitu kokohnya fondasi peradaban yang dimiliki masyarakat Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor) walau memiliki pernak-pernik yang khas ditiap kabupaten.

NTT MENUJU OTORITAS KHUSUS

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian kami ini adalah

· Untuk menemukan faktor-faktor penghambat lajunya roda pembangunan perekonomian rakyat yang berbasis wirausaha. Upaya untuk memperkecil jurang kehidupan masyarakat kelas bawah dan kelas atas dimana sector usaha dihidupkan dan menjadi sokoguru yang utama bagi perekonomian di bumi NTT.

· Hasil penelitian yang komprehensif akan menjadi acuan diselenggarakan forum kajian otoritas khusus untuk mencapai NTT madani, sejahtera lahir dan batin. Forum tersebut akan menghadirkan seluruh lapisan masyarakat untuk memberi masukan baik kajian akademis, cultural dan agama. Sehingga akan terlahir konsep pembangunan yang terarah dan tidak tumpang tindih seperti yang berlangsung saat ini.

· Hasil penelitian diharapkan mampu menjembati perbedaan imajinasi tentang pembangunan kerakyatan versi penduduk setempat versus imajinasi pembangunan versi pemerintah sehingga konflik horizontal tidak terjadi dilapangan sehingga ketertinggalan pembangunan di bumi NTT bisa teratasi.

4. Manfaat Penelitian

· Diharapkan hasil penelitiaan ini bisa menjadi katalisator bagi tiap insan NTT untuk berbangga hati dan memiliki rasa percaya diri bahwa memiliki potensi daerah yang luar biasa dan patut disyukuri, sehingga sehingga tinggalan local genius pada tiap-tiap daerah di bumi NTT dapat dikembangkan.

5. Tinjauan Pustaka

· Dalam hukum internasional, otonomi berarti bahwa sebagian dari wilayah suatu negara diberikan kewenangan untuk mengatur urusannya sendiri yang dalam beberapa hak dengan cara mengesahkan suatu undang-undang tanpa diikuti pembentukan usatu bangunan kenegaraan yang baru[1]. Menurut Lapidoth yang dikutip oleh Hans-Joachim Hentze terdapat beberapa konsep dari otonomi dalam konstruksi hukum yaitu :

1. as a right to act upon one’s own discretion in certain matters;

2. as a synonym of independence

3. as a synonym of decentralization

4. as exclusive powers of legislation, administration, and adjudication in specific areas of an autonomous entity.

karenanya Hukum internasional memberikan penghormatan terhadap perlindungan dari suatu kelompok bangsa atau etnis untuk mempertahankan identitasnya. Untuk itu salah satu keuntungan dari penerapan otonomi adalah sebagai salah satu sarana penyelesaian konflik.

· Koalisi Ornop mengusulkan agar rumusan untuk Bab Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial adalahsebagai berikut :

1. Pasal 33 ayat 1 : Sistem perekonomian disusun dan dikembangkan berdasarkan asas dan bangun usaha koperasi dimana dalam pelaksanaannya mengutamakan keadilan sosial dan keberpihakan kepada rakyat banyak serta lingkungan hidup.

2. 2. Pasal 33 ayat 2 : Cabang-cabang produksi dan distribusi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh rakyat dan diatur oleh Negara berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan hidup;

3. 3. Pasal 33 ayat 3 :
(a) Bumi, air dan dirgantara serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh rakyat dan diatur oleh negara untuk dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kelestarian lingkungan dan perdamaian
(b) Hak menguasai oleh rakyat dapat diambil oleh negara untuk kepentingan perlindungan daya dukung lingkungan hidup dan fungsi ekosistem, pencegahan konflik sosial dan kepentingan umum lainnya melalui proses yang adil dan benar (due and just process)

4. Rumusan Pasal 33 ayat 4 seperti tercantum dalam TAP XI/MPR 2001 tidak diperlukan lagi karena sudah diatur dalam ayat 1,2,3 berdasarkan usulan di atas.

5. Pasal 33 ayat 5 : Perekonomian nasional senantiasa menjaga dan meningkatkan fungsi ekosistem dan daya dukung lingkungan hidup, memperhatikan dan menghargai hak-hak masyarakat adat, serta menjamin keadilan rakyat antar daerah

6. Pasal 34 ayat 2 : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang imarginal dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan didasari prinsip-prinsip pemandirian.

7. Pasal 34 ayat 3 : Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum lainnya yang layak.

6. Rencana Kegiatan

1) Bulan Awal September 2008, pembentukan tim di 19 Kabupaten dan 1 Kotamadya di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tim ini terdiri dari 5 orang (dari akademisi, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat). Jadi jumlah seluruh personil 100 orang. Tim ini disebut TIM 5

2) Bulan Akhir September 2008, Pemantapan JOB DESCRIPSION TEAM 5

3) Bulan November 2008 turun ke lapangan

4) Bulan Akhir September 2008 Koordinator team melakukan evaluasi penelitian dan sharing data dan melakukan journal reeport per 2 bulan. Kegiatan pertemuan antar koordianator yang mewakili tim di tiap kabupaten/kotamadya dilakukan di ibukota propinsi.

5) Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dan diperkirakan akhir Maret 2009 berakhir.

6) Pada bulan Maret 2009 penelitian ini dapat dirangkum menjadi suatu bunga rampai yang berguna dan menjadi sebuah buku. Diharapkan menjadi acuan pokok pembangunan daerah yang bersifat mercu suar sehingga mampu menghidupkan detak urat nadi perekonomian NTT yang berbasis sektor usaha/swasta

BAB II PERMASALAHAN

Demokrasi saat ini masih merupakan demokrasi semu karena dijadikan sekedar jargon politik dimana kekuasaan sebenarnya belum berada di tangan rakyat, tapi seutuhnya berada di pelukan penguasa politis. Kepala Daerah itu harus dilihat sebagai pemimpin, yang mengetahui secara pasti detail tentang wilayahnya, masyarakatnya, potensi/sumber daya alamnya, budayanya dan benar-benar sadar serta mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi constraints/weakness pembangunan wilayahnya, dan tahu metoda sistimatis mengatasi weakness tersebut. Pemimpin itu berbeda dengan penguasa politis. Dalam relasi pemimpin dengan rakyat; Pemimpin selalu menjadi panutan, partisipatif, responsif dan motivator yang tidak bosan dan tidak henti-hentinya memberikan semua energy yang dmiliki karena rasa cinta, rasa memiliki dan bangga menjadi bagian dari komunitas dan wilayah yang dimilikinya. Seorang pemimpin selalu sadar bahwa “esse est co-esse” ada karena ada bersama. Pemimpin selalu membangun secara kolektif dan holistis. Di pihak lain penguasa politis cenderung oligarki, membangun secara parsial dan cenderung membentuk kelompok elite eksklusif. Dalam relasi antara penguasa politis dengan rakyat J. Pieniazek mengatakan bahwa kekayaan penguasa adalah wewenang dan kuasa sedangkan kemiskinannya adalah ketergantungannya pada dukungan rakyat. Kalau rakyat tidak mendukung maka ia tidak akan terpilih menjadi penguasa. Di pihak lain kekayaan rakyat adalah suara atau dukungan yang dapat ia berikan kepada penguasa politis. Suaranya dalam PEMILU nasional maupun lokal menjadi berarti bagi calon penguasa, tetapi kemiskinan rakyat adalah hanya menerima kemungkinan dari penguasa. Pengalaman membuktikan bahwa sekian sering rakyat tertipu dengan janji-janji penguasa politis selama masa kampanye.Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang sangat kompleks dengan berbagai kendala pembangunan. Kompleksitas permasalahan dapat diidentifikasikan berikut: Pertama kondisi geografis NTT yang terdiri dari pulau-pulau sehingga membutuhkan waktu dan biaya ekstra dalam hal pendistribusian komoditi, pengawasan dan koordinasi dari pusat pemerintahan DATI I di Kupang ke pulau-pulau lain seperti Alor, Sumba, Flores, Sabu, Rote dan pulau-pulau kecil lainnya. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi infrastruktur jalan raya yang masih buruk, kelayakan transportasi laut, angkutan darat dan udara terbatas. Kedua etnosentris/rasa kesukuan yang sempit dari masyarakat. Etno-sentris NTT memang tidak diekspresikan secara terbuka, tetapi lebih tertutup seperti api dalam sekam. Misalnya orang Flores merasa lebih layak jadi gubernur dari orang Timor, Sumba, Alor dan lain-lain begitu pula sebaliknya, sehingga ketika yang jadi gubernur dari etnis lain, dukungan yang diberikan menjadi tidak maksimal. Bahkan dalam satu pulau atau kabupaten ketika masih terdapat sub etnis maka etnosentris sempit itu masih muncul misalnya di Ngada ada sub etnis Nagekeo, Riung dan Ngada dalam kehidupan masyarakat masih berlaku pengkotakan yang demikian. Ketiga kultur dan tradisi masyarakat primitif yang perlu disesuaikan dengan perkembangan global. Harus diakui masih ada tradisi-tradisi warisan leluhur yang sudah tidak produktif lagi misalnya: belis untuk perkawinan dalam jumlah yang tidak wajar, upacara adat dengan memotong hewan ternak dalam jumlah banyak, tradisi sifon yang mengeksploitasi perempuan, dan masih banyak warisan tradisi yang perlu di kaji lebih dalam dan komprehensif. Keempat mentalitas menunggu bantuan (cult cargo mentality). Hal ini pernah disinggung pada tulisan saya sebelumnya. Mental menunggu bantuan ini bukan merupakan warisan tradisi lokal tapi lebih pada penginternalisasian yang terjadi dalam kurun waktu lama oleh kelompok luar yang memandang masyarakat primitif di NTT perlu di bantu terus menerus dalam hal material karena ketidakberdayaan mereka. Mentalitas seperti ini harus diatasi dengan misalnya community based development, yakni menjadikan masyarakat sebagai subjek yang terlibat langsung dalam pembangunan. Mungkin masih banyak identifikasi kendala pembangunan yang bisa pembaca kemukakan, dan pada intinya semua kendala tersebut mampu diidentifikasikan dengan baik oleh Kepala Daerah DATI I NTT sehingga dapat dicari pemecahan untuk mengatasi masalah tersebut secara sistimatis, terpola, terarah dan tepat sasar.Dalam konteks PILKADA Nusa Tenggara Timur, masyarakat membutuhkan seorang pemimpin bukan penguasa politis. Masyarakat NTT membutuhkan pemimpin panutan yang bisa mencari solusi alternatif luar dari yang biasa agar bisa keluar dari keterbelakangan, pemimpin partisipatif yang sering melihat kemiskinan, kelaparan dan kebodohan dan sering mengunjungi masyarakatnya bukan sekedar pemimpin administratif, pemimpin responsif yang cepat tanggap dengan tindakan nyata atas bencana alam, masalah pengungsi, busung lapar, putus sekolah, sanitasi lingkungan, kerusakan ekologi, ekonomi kerakyatan dan bukan pemimpin pintar berwacana dan pintar mencari alasan. NTT juga membutuhkan seorang pemimpin motivator yang tidak henti-hentinya mendorong rakyatnya untuk mandiri, kerja pintar, rajin belajar untuk hidup bukan untuk sekolah serta mampu menggerakan sektor-sektor ril dengan melibatkan stakeholder pembangunan. Dan yang terpenting dari semua, NTT membutuhkan pemimpin yang mampu mencintai semua; cinta terhadap masyarakat dan wilayah NTT, pemimpin yang down to earth, yang mau jadi pemimpin karena besarnya cinta bukan besarnya uang dan kekuasaan, yang memandang semua lapisan wilayah NTT sebagai rumahnya dan semua lapisan masyarakat dari berbagai golongan, agama, etnis group sebagai anak kandung.

Dari uraian diatas maka kami mengerucutkan menjadi 3 persoalan besar yang harus diselesaikan yakni :

1) Mengapa masyarakat NTT mempunyai kecenderungan berdiaspora dalam melanggengkan masa depannya ?

2) Semangat communal yang muncul sering tampak tanpa makna budaya yang sesungguhnya, apa penyebabnya ?

3) Segala potensi yang ada baik Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya seolah tak mampu memberi kontribusi kesejahteraan untuk pengentasan kemiskinan di NTT, apa penyebabnya ?

Dari ketiga pertanyaan ini akan terlahir suatu jawaban yang nantinya menjadi penentu bagi masa depan NTT sebagai etnik yang berderajat dan bermartabat di mata Dunia.

Lampiran

Lembaga Pendukung Penelitian :

1. LSM SANLIMA KUPANG - NTT

2. LSM CERDAS BANGSA JAKARTA

3. LSM CITRA NGADA - NTT

4. LSM CINTA MANDIRI NGADA - NTT

5. LSM SERBIO NGADA - NTT

6. YAYASAN MEGA TIMOR

7. YAYASAN PEDULI RAKYAT LEMBATA - NTT

8. UNIVERSITAS PGRI KUPANG - NTT

9. PERS WARTA NASIONAL JAKARTA

10. PERS KORAN PEMANTAU KORUPSI JAKARTA

11. UNIVERSITAS KATOLIK MANDIRA KUPANG - NTT

12. LSM ANIMASI SOE – NTT

13. LSM BINA MANDIRI SOE – NTT

14. UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

15. UNIFLOR – JAKARTA

16. PMKRI MANGGA BESAR JAKARTA

17. GMPI

18. ORGANISASI PEMUDA KATOLIK INDONESIA

BANGUNKAN NTT-KU

Aku akan melakukan kerjasama

Sekalipun dengan setan terkutuk

Jika itu bisa memerdekakan negriku

(Soekarno…mantan Presiden RI)

DIPERSEMBAHKAN

FORUM NTT BERDIKARI

SPIRIT FOR INDEPENDENT

2008

Lampiran

Peluang Investasi

Kelautan&Perikanan|Pertambangan|Pariwisata|Pertanian&Perkebunan|Peternakan|Industri|

Sektor Perikanan

Penangkapan Ikan Laut (Tuna, Cakalang, Salmon).

Lokasi : Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Alor, Flores Timur, Sikka, Ngada dan Sumba Barat.

Budidaya Rumput Laut

Lokasi : Perairan Laut Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Alor, Flores Timur, Sumba Timur, Sumba Barat dan Ende.

Budidaya Mutiara

Lokasi : Kabupaten Kupang, Flores Timur, Lembata, Alor dan Ende.

Budidaya Ikan Kerapu

Lokasi : Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Sikka dan Rote Ndao.

Sektor Pertambangan dan Energi

Penambangan Marmer, Granit, Batu Gamping, Batu Apung, Bentonit, Gypsum, Kaolin, Tanah Liat, Zeolit, Emas, Besi, Mangan dan lain-lain.

Listrik Tenaga Panas Bumi di Kabupaten Manggarai dan Ngada

Sektor Pariwisata

Paket Wisata berupa :

Wisata Bahari : Berselancar, Taman Laut - Kabupaten Ngada (Riung) dan Selancar - Kabupaten Rote Ndao (Nembrala).

Wisata Alam : Binatang Komodo - Kabupaten Manggarai Barat (Pulau Komodo) dan Danau Tiga Warna - Kabupaten Ende.

Wisata Budaya : Situs Kuburan Megalith - Kabupaten Sumba Timur, Perang Tanding Pasola - Kabupaten Sumba Barat, Kampung Adat Boti - Kabupaten Timor Tengah Selatan, Penangkapan Ikan Paus Tradisional - Kabupaten Lembata dan Perkampungan Megalith - Kabupaten Ngada.

Hotel pada lokasi obyek wisata.

Sektor Pertanian dan Perkebunan

Agrobisnis : Jagung, Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Kacang Kedelai

Lokasi : Kabupaten Rote Ndao, Kupang dan Manggarai.

Pengembangan Jeruk Keprok

Lokasi : Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.

Perkebunan Jambu Mete

Lokasi : Kabupaten Kupang, Belu, Timor Tengah Selatan, Lembata, Flores Timur, Ende, Sumba Timur, Sumba Barat dan Manggarai.

Perkebunan Jarak

Lokasi : Kabupaten Sikka, Kupang, Timur Tengah Selatan dan Sumba Timur.

Perkebunan Pinang

Lokasi : Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Lembata, Flores Timur, Ende, Ngada, Manggarai dan Sumba Barat.

Perkebunan Pala

Lokasi : Kabupaten Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada dan Manggarai.

Perkebunan Tanaman Lidah Buaya

Lokasi : Kabupaten Kupang.

Perkebunan Vanili

Lokasi : Kabupaten Sumba Barat, Belu, Timor Tengah Selatan, Ngada, Ende dan Manggarai.

Sektor Peternakan

Peternakan Sapi Potong

Lokasi : Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Ngada, Sumba Timur, Sumba Barat dan Manggarai. [kembali ke atas]

Sektor Industri

Industri Pembuatan Es Balok

Lokasi : Kota Kupang, Flores Timur dan Ngada.

Industri Pembekuan Ikan

Lokasi : Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Flores Timur dan Sikka.

Industri Perbaikan Kapal Laut

Lokasi : Kota Kupang, Kabupaten Kupang.

Industri Garam

Lokasi : Kabupaten Kupang, Ende dan Ngada.

Industri Pengolahan Ikan

Lokasi : Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Ngada.

Industri Pengolahan Rumput Laut

Lokasi : Kabupaten Kupang.

Industri Semen

Lokasi : Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.

Industri Air Mineral (dalam kemasan)

Lokasi : Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, Ende, Ngada, Manggarai dan Alor.

Industri Pakan Ternak

Lokasi : Kota Kupang.

Industri Penyamakan Kulit

Lokasi : Kabupaten Kupang.

Kawasan Industri Bolok Kupang KIB-Kupang

Copyright BKPMD-NTT @ 2004

RENCANA ANGGARAN BELANJA YANG DIBUTUHKAN

1. Uang Transportasi 100 personel yang diterjunkan tiap-tiap lokasi 3 juta. Selama 6 bulan. (Total Rp 300.000.000,-)

2. Uang makan dilapangan selama 1 bulan @ Rp 500.000,- kali 6 bulan. Total 3 Juta per orang selama 6 bulan. (Total Rp 300.000.000,-)

3. Uang Komunikasi dan Informasi, Alat Tulis dan Akamodasi selama 6 bulan. Per orang 3 juta rupiah.(Total Rp 300.000.000,-)

4. Uang kesehatan, dokumentasi data dan lain-lain per orang/personil 1 juta rupiah (Total Rp 100.000.000,-)

5. Seminar dan Saresehan di komunitas basis masyarakat NTT di Seluruh Indonesia

Jadi Total Anggaran Penelitian Untuk Penulisan Bunga Rampai NTT yang dibutuhkan penelitian ini selama 6 bulan terhitung Bulan Agustus – Januari adalah 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

Contac Person : Mikael Risdiyanto HP 085237051425. (Kab. Ngada – Flores)

Deonisius Patimuda HP 081381533119. (DKI Jakarta)

Koodinator/FORUM NTTBERDIKARI:

ISIDORUS THOMAS UDAK HP 081339278081(Kupang)

No comments: